Monday, November 15, 2010

JoM SeLaMi KehidUpAn HANZHALAH...^_^


Nama lengkapnya Hanzhalah bin Abu ‘Amir bin Shaifi bin Malik bin Umayyah bin Dhabi’ah bin Zaid bin Uaf bin Amru bin Auf bin Malik al-Aus al-Anshory al-Ausy. Pada masa jahiliyah ayahnya dikenal sebagai seorang pendeta, namanya Amru.
Suatu hari ayahnya ditanya mengenai kedatangan Nabi dan sifatnya hingga ketika datang, orang-orang dengan mudahnya dapat mengenalnya. Ayahnya pun menyebutkan apa yang ditanyakan. Bahkan secara terang-terangan dirinya akan beriman dengan kenabian itu. Ketika Allah turunkan Islam di jazirah Arab untuk menuntun jalan kebenaran melalui nabi terakhir, namun dirinya mengingkarinya. Bahkan dirinya hasad dengki dengan kenabian Muhammad saw. Namun dengan kebesaran Allah swt. tiak lama kemudian Allah bukakan hati anaknya, Hanzhalah untuk menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah saw. Sejak itulah jiwa dan raganya untuk perjuangan Islam.

Kebencian ayahnya terhadap Rasulullah membuat darahnya naik turun. Bahkan meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya. Tapi Rasulullah tidak mengizinkan. Sejak itulah keyakinan akan kebenaran ajaran Islam semakin menancap di relung hatinya. Seluruh waktunya digunakan untuk menimba ilmu dari Rasulullah.
Di tengah kesibukannya mengikuti da’wah Rasulullah yang penuh dinamik, tak terasa usia telah menghantarkannya untuk memasuki fasa kehidupan berumah tangga. Disamping untuk melakukan regenerasi, tentu ada hikmah kurniaan Allah yang tidak mungkin dapat dijangkanya.

Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak sahabat ayahnya. Mertuanya itu dikenali sebagai sebagai tokoh munafik, menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Dia berpura-pura membela Nabi saw dalam Perang Uhud; namun ketika rombongan pasukan muslim bergerak ke medan juang, dia menarik diri bersama orang-orangnya, kembali ke Madinah.

Sementara itu situasi Madinah dalam keadaan siap siaga. Kaum muslimin sudah mencium gelagat dan gerak-gerik rancangan penyerangan pasukan Abu Sufian. Situasi Madinah sangat genting pada saat itu. Namun walau dalam situasi seperti itu, Hanzhalah dengan tenang hati dan penuh keyakinan akan melangsungkan pernikahannya. Sungguh tindakannya itu merupakan gambaran pemuda yang senantiassa tenang menghadapi pelbagai macam keadaan.

Hanzhalah menikahi Jamilah, sang kekasih, pada suatu malam yang paginya akan berlangsung peperangan di Uhud. Beliau meminta izin kepada Nabi saw. untuk bermalam bersama isterinya. Beliau tidak tahu persis apakah itu pertemuan atau perpisahan. Nabi pun mengizinkannya bermalam bersama isteri yang baru saja dinikahinya.
Mereka memang baru saja menjalin sebuah ikatan. Memadu segala rasa dari dua lautan jiwa. Berjanji, menjaga bahtera tidak akan karam walau kelak badai garang menghadang. Kini, dunia seakan menjadi milik berdua. Malam pertama yang selalu panjang bagi setiap mempelai dilalui dengan penuh mesra. Tidak diharapkannya pagi segera menjelang. Segala gemuruh hasrat tertumpah. Sebab, sesuatu yang haram telah menjadi halal.

Langit begitu mempesona. Kerlip gemintang bagaikan menggoda rembulan yang sedang kasmaran. Keheningannya dihiasi keindahan rembulan, diukirnya do’a-do’a dengan goresan harapan, khusyu’, berharap regukan kasih sayang dari Sang Pemilik Cinta. Hingga tubuh penat itupun bangkit, menatap belahan jiwa dengan tatapan cinta. Hingga, sepasang manusia itu semakin dimabuk kepayang.
Indah…

Sungguh sebuah episode yang teramat indah untuk dilewatkan. Namun disaat sang pengantin asyik terbuai wanginya aroma cinta, seruan jihad berkumandang dan menghampiri gendang telinganya.

“Hayya ‘alal jihad… hayya ‘alal jihad…!!!”

Pemuda yang belum lama menikmati indahnya malam pertama itu tersentak. Suara itu terdengar sangat tajam menusuk telinganya dan terasa menghunjam dalam di dadanya. Suara itu seolah-olah irama syurgawi yang lama dinanti. Hanzalah harus mengeluarkan keputusan dengan cepat. Bersama dengan hembusan angin fajar pertama, Hanzhalah pun segera melepaskan pelukan dari sang isteri.

Dia segera menghambur keluar, dia tidak menunda lagi keberangkatannya, sehingga dia tidak sempat mandi terlebih dahulu. Isterinya meneguhkan tekadnya untuk keluar menyambut seruan jihad sambil memohon kepada Allah agar suaminya diberi anugerah salah satu dari dua kebaikan, menang atau mati syahid,

Dia berangkat diiringi deraian air mata kekasih yang dicintainya. Ia berangkat dengan kerinduan mengisi relung hatinya. Kerinduan saat-saat pertama yang sebelumnya sangat dinantikannya, saat mereka berdua terikat dalam jalinan suci. Namun semua itu berlalu bagaikan mimpi. Hanzalahpun akhirnya berangkat menuju medan juang untuk memenangkan cinta yang lebih besar atas segalanya. Bahkan untuk meraih kemenangan atas dirinya sendiri.

Kenikmatan yang bagai tuangan anggur memabukkan tidak akan membuatnya terlena. Sehingga, iringan do’alah yang mengantar kepergiannya ke medan jihad. Dia bergegas mengambil peralatan perang yang memang telah lama dipersiapkan. Baju perang membalut badan, sebilah pedang terselip dipinggang. Siap bergabung dengan pasukan yang dipimpin Rasulullah saw.

Berperang bersama Hamzah, Abu Dujanah, Zubair, Muhajirin dan Anshar yang terus berperang dengan pekikan semangat, seolah tidak ada lagi yang dapat menahan mereka. Bulu-bulu putih pakaian Ali, serban merah Abu Dujanah, serban kuning Zubair, serban hijau Hubab, melambai-lambai bagaikan bendera kemenangan, memberi kekuatan bagi barisan di belakangnya.

Tubuh Hanzhalah yang perkasa serta merta langsung berada di atas punggung kuda. Sambil membenahi posisinya di punggung kuda, tali kekang ditarik dan kuda bergerak secepat kilat menuju barisan perang yang tengah bekecamuk. Tangannya yang kekar memainkan pedang dengan gerakan menebas dan menghentak, menimbulkan kesan bak hempasan angin puting beliung.

Musuh datang bergulung. Merimbas-rimbas. Tak gentar, ia justru maku ke hadapan. Menyibak. Menerjang kecamuk perang. Nafasnya tersengal. Torehan luka di badan sudah tidak terbilang. Tujuan utama ingin berhadapan dengan komandan pasukan lawan. Serang! Musuhpun bergelimpangan.

Takbir bersahut-sahutan. Lantang membahana bagai halilintar. Berdentam. Mendesak-desak ke segenap penjuru langit. Hanzhalah terus menerjang. Terjangannya dahsyat laksana badai. Pedangnya berkelebat. Suaranya melenting-lenting. Kilap mengintai. Deras menebas. Berkali-kali orang Quraisy yang masih berkutat dalam lembah jahiliyah itu mati terbunuh di tangannya.

Sementara itu, dari kejauhan Abu Sufian melihat lelaki yang luarbiasa itu. Dia ingin sekali mendekati dan membunuhnya, tetapi semangatnya belum juga cukup untuk membalas dendam kepada pembunuh anaknya di perang Badar itu. Situasi berbalik, kali ini giliran Hanzhalah mendekati Abu Sufian ketika teman-temannya justru melarikan diri ketakutan. Abu Sufian terpaksa berhadapan dengannya, satu lawan satu. Abu Sufian terjatuh dari kudanya. Wajahnya pucat, ketakutan.

Pedang Hanzhalah yang berkilauan siap merobek lehernya. Dalam hitungan detik, nyawanya akan melayang. Tapi, dalam suasana genting itu, Abu Sufian berteriak minta tolong, “Hai orang-orang Quraisy, tolong aku.”

Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Syadad bin Al-Aswad yang memang sudah disiagakan untuk menghabisi Hanzhalah, berhasil membaca gerakan Hanzhalah dan menebas tengkuknya dari belakang. Tubuh yang gagah dan tegap itu jatuh berdebum ke tanah, Para sahabat yang berada di sekitar dirinya cuba untuk memberi pertolongan, namun langkah mereka terhenti.

Lantas orang-orang Quraisy di sekitarnya tanpa ampun mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah, dari kiri, kanan, dan belakang, sehingga Hanzhalah tersungkur. Dalam situasi yang sudah parah, darah mengalir begitu deras dari tubuhnya, ia masih dihujani dengan lemparan tombak dari pelbagai penjuru.

Tidak lama, kecamuk perang surut. Sepi memagut. Mendekap perih di banyak potongan tubuh yang tercerabut. Hanzhalah ternyata syahid di medan Uhud. Di sebuah gundukan tanah yang tampak masih basah, jasadnya terbujur.

Sentuhan cahaya terang dari langit membungkus jenazah Hanzhalah dan mengangkatnya ke angkasa setinggi rata-rata air mata memandang. Juga terjadi hujan seketika dan tubuhnya terbolak-balik seperti ada sesuatu yang hendak diratakan oleh air ke sekujur tubuh Hanzhalah. Bayang-bayang putih juga berkelibat mengiringi titisan air hujan. Hujan mereda, cahaya terang padam diiringi kepergian bayang-bayang putih ke langit dan tubuh Hanzhalah kembali terjatuh dengan perlahan.

Subhanallah! Padahal sedari tadi hujan tidak pernah turun setitis pun. Para sahabat yang menyaksikan merasa hairan. Para sahabat kemudian membawa jenazah yang basah kuyup itu ke hadapan Rasulullah saw dan menceritakan tentang peristiwa yang mereka saksikan. Seorang sahabat berkata, “Aku benar-benar melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah di antara langit dan bumi dengan air dari awan dalam sebuah tempat besar terbuat dari perak.” Demikian Urwah ra menegaskan kesaksiannya tentang kesyahidan Hanzhalah di perang Uhud.

Rasulullah meminta agar seseorang segera memanggil isteri Hanzhalah.

Wanita yang dimaksudkan tiba di hadapan Rasul, beliau menceritakan begini dan begini tentang Hanzhalah dan bertanya: “Apa yang telah dilakukan Hanzhalah sebelum kepergiannya ke medan perang?”

Wanita itu tertunduk. Rona pipinya memerah, dengan senyum tipis ia berkata: “Hanzhalah pergi dalam keadaan junub dan belum sempat mandi ya Rasulullah!”

Rasulullah kemudian berkata kepada yang hadir. “Ketahuilah oleh kalian. Bahawasanya jenazah Hanzhalah telah dimandikan oleh para malaikat. Bayang-bayang putih itu adalah isteri-isterinya dari kalangan bidadari yang datang menjemputnya.”
Dengan malu-malu mereka (para bidadari) berkata; “Wahai Hanzhalah, wahai suami kami. Lama kami telah menunggu pertemuan ini. Mari kita keperaduan.”

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS 61:10-12).

Ternyata, jalannya JIHAD “Hayya ‘alal jihad… hayya ‘alal jihad…!!!” di jalan Allah swt untuk memiliki bidadari syurga.. Ayuh kita tingkatkan tekad untuk terus istiqamah dengan jihad yang sedang kita laluinya wahai sahabat-sahabatku. Jangan pernah ada rasa lelah dan lemah kerana motivasi kita bekerja adalah syurga dan ukhrawi. Mari kita mengikuti jejak langkah para sahabat saw. yang sentiasa meletakkan akhirat dan syurga sebagai motivasi amal mereka walau apapun ujian, mehah dan tribulasi yang dihadapi.

Wednesday, October 27, 2010

JaDiLaH sEpErTi RaMa-RaMa



Tidak ada salahnya, sekali sekala kita merendahkan diri untuk belajar dari makhluk-makhluk Allah yang kecil. Bahkan itulah yang dituntut kepada kita, dengan kerendahan jiwa barulah kita dapat benar-benar merasai kebesaran dan keagungan Allah SWT. Allah SWT tentunya tidak menjadi semua ciptaanNya untuk tujuan main-main atau sia-sia. Lukisan alam yang begitu indah ini adalah gambaran seni dan rapinya ciptaan Allah tetapi manusia yang selalu leka dan lupa diri sentiasa lupa untuk bersyukur. Kata Said Nursi Badi’uzzaman kita kagumkan lukisan tetapi kita lupa kehebatan Pelukisnya.




Sesungguhnya alam yang terbentang luas ini, kata syed Qutb merupakan kitab Rubbubiyyah yang terbentang. Sekiranya kita membuka lembarannya satu demi satu maka kita akan dapat memahami kehebatan Allah SWT. Bahkan ilmu Allah pun tak mampu kita taksir.




Cukuplah kali ini kalau kita melihat rama-rama. Makhluk kecil yang selalu kita terlepas pandang kewujudannya. Ya, rama-rama kecil yang berterbangan di sana sini. Mungkin tidak ramai yang tak sempat untuk mengkagumi seni dan keindahannya. Warna dan coraknya begitu indah dan serasi.

Saya begitu tertarik dengan gambaran penyair Tunisia, Ahmad Mukhtar yang dikemukakan oleh Muhammad Ahmad Ar Rasyid di dalam kitab dakwahnya iaitu Al Muntalaq. Kata-kata yang ringkas tetapi memiliki makna yang cukup mendalam. Tak hairanlah kalau saya tak jemu-jemu membacanya berulang kali.



Tenang dalam diamnya,
Lebih jelas dari orang yang berbicara.



Memang kecantikan rama-rama tidak lagi dapat dinafikan oleh sesiapa jua yang memiliki mata dan jiwa. Tidak ada bunyi yang dikeluarkan tetapi kita sering saja merasakan kehadirannya. Katakan ada seekor rama-rama yang tersesat masuk ke dalam kelas, rumah atau pejabat kita maka seluruh mata akan tertumpu padanya.

Begitulah syakhsiyah seorang mukmin; pendiam, selalu berfikir, merenung dengan tenang, tidak banyak bicara tetapi diliputi kewibawaan yang berpengaruh. Hati-hati merasa terisi dengan kehadirannya, suasana terasa sunyi tanpanya, majlis semakin bermakna melihat ketibaannya dan jiwa-jiwa menumpang ketenangan dari raut wajahnya. Mukmin itu ibarat permata beserta kilauan keindahannya, ketika bersendirianpun cahayanya begitu jelas dan indah maka apatah lagi apabila permata permata itu dikumpulkan makin terserlah dan indah cahayanya. Segala tingkah lakunya adalah qudwah bahkan diamnya pun menjadi sumber tarbiah.




Bila diamnya terlalu lama,
Tergugahlah ia oleh keharusannya untuk bergerak.

Diam dan istirehat itu adalah sunnah kehidupan, namun seorang mukmin tidak menjadikannya sebagai alasan untuk bermalasan, santai dan lalai melainkan sekadar memenuhi keperluan badani. Bermodalkan ilmu dan keimanan serta semangat dan keazaman, jiwanya sentiasa terdorong untuk beramal.

Namun syaithan tidak pernah mungkir dan lalai dengan janjinya untuk menyesatkan anak-anak Adam. Jiwa seorang mukmin sering tergugah dengan pujian dan sanjungan. Kilauan dunia hampir-hampir menjadikannya lalai dan leka dengan tujuan hidupnya yang hakiki. Namun dengan keimanan yang tertanam dijiwa dan rahmat Allah yang Maha Penyayang sering menjadikannya tersedar dan insaf. Itulah jiwa mukmin, seperti rama-rama yang kadang-kadang terpaku dengan kilauan air yang menjadikannya ta'jub terhadap keindahan dirinya.



Betapa sering ia melihat bayangan dirinya, Yang terpantul dari riak air, Seakan-akan bintang yang berkilauan, Sedang permukaan air adalah cakrawalanya. Ia terbang mengelilinginya, Menatapinya dan merindukan seandainya dapat hinggap padanya, Akan tetapi hampir saja ia binasa tenggelam, Andai dirinya tidak segera sedar. Itulah gambaran jiwa yang beriman, Mustahil membodohi dirinya, Jelas sekali perbezaan antara kesesatan dan petunjuk baginya.




Marilah kita menjadi seperti rama-rama, menghiasi diri dengan kemuliaan serta menjadikan amal sebagai keperluan.
^_^...

Thursday, September 30, 2010

HiLaNG KePeKaaN JiWa




Saya tidak pernah bencikan kekayaan bahkan saya tidak dapat bayangkan kerosakan umat ini apabila kekayaan berada ditangan jiwa-jiwa yang rosak aqidahnya. Kekayaan adalah satu rahmat apabila dihubungkan dengan infaq, sedekah dan pengorbanan. Kekayaan juga merupakan bencana dan musibah apabila dikaitkan dengan kemewahan dan pembaziran.





Pernah, anak yang masih kecil menziarahi rumah seorang jutawan bersama ayahnya. Kerana sudah hampir waktu solat lalu mereka singgah untuk solat disebuah surau yang agak usang dan tak terjaga. Setelah selesai solat mereka terus ke rumah jutawan tadi. Ketika itu anak kecil tadi terpandang beberapa buah kereta mewah yang berbaris teratur diperkarangan rumahnya. Kanak-kanak kecil tadi dengan hati yang tulus terus berkata "Banyaklah kereta pakcik ni, kalau jual sebuah tentu boleh baiki surau yang kami singgah tadi." Ayah anak kecil tersebut menjadi serba salah lalu menjawab bagi pihak tuan rumah “Pakcik guna kereta ini untuk kerja dakwah, ajak orang pada Islam.”. Malangnya jawapan itu tidak dapat diterima oleh anaknya tadi "Kalau nak buat kerja dakwah pun takkan perlu banyak sangat kereta, kalau dua atau tiga keretapun dah banyak dah" ayah anak kecil itu terdiam tanpa kata-kata.





Kekayaan adalah suatu rahmat namun kemewahan yang merupakan kekayaan yang tidak terkawal disifatkan oleh Syed Qutb dalam tafsir Fi Zilalul Quran, seperti ‘ulat-ulat yang beracun dan busuk yang akan merosakkan keperibadian seorang mukmin’. Kemewahan menjadikan jiwa kita hilang kepekaan serta arah tuju kita mula kabur. Kita mula hilang pertimbangan antara perkara utama dan kurang utama, keperluan atau sekadar keinginan yang tidak semuanya perlu dipenuhi.




Kemewahan ini seterusnya akan mewariskan jiwa yang hilang kepekaan ini kepada generasi yang bakal lahir nanti. Ibnu khaldun dalam kitabnya Muqaddimah menggambarkan generasi yang lahir dan membesar dalam kemewahan akan lebih pentingkan diri sendiri. Profesor Hamka pula menggambarkan generasi ini umpama ikan di lombong yang tidak terbiasa dengan arus deras lalu menyebabkan isinya hanyir dan tawar.





Dalam semua hal, kekayaan adalah amanah. Segalanya akan dipersoalkan nanti, dari mana kita memperolehinya dan kemana kita telah belanjakannya. Kekayaan adalah rahmat bagi jiwa yang bertaqwa dan bencana yang merosak jiwa yang lemah keimanannya.

Monday, September 27, 2010

~InGiN DiHaRgAi..?? ~



Memang tidak dinafikan, setiap insan ingin dihargai. Inilah fitrah manusia yang kadang-kadang menjadikan kita lupa diri lalu menjadikan pujian, sanjungan, tepukan dan penghargaan sebagai matlamat kehidupan. Kita merasa hebat dengan pujian dan sanjungan dan merasa kerdil dengan penghinaan. Kita tunduk kepada kekejian hanya kerana ingin diri dipuji dan dipandang hebat.



Ya, memang kita ingin dihargai kerana disebaliknya itu ialah kasih sayang dan perhatian. Anak-anak ingin dihargai agar ibubapanya bertambah kasih kepadanya. Isteri ingin pengorbanannya dihargai agar kasih suami tidak tertumpah pada yang lain. Suami, ingin dihargai agar kesetiaannya tidak diragui. Begitu juga dalam barsahabat, ingin dihargai agar terbukti keikhlasan dalam perhubungan.



Saya tidak ingin mengatakan perasaan ‘ingin dihargai’ ini suatu yang jelek dan berdosa kerana itulah fitrah manusia. Perasaan ini jugalah yang wujud dalam diri saya sendiri. Namun sahabat-sahabatku, ada sesuatu yang lain yang seharusnya kita cari. Sesuatu yang akan menghidupkan jiwa kita, membimbing hati dan mendidik nafsu kita. Sesuatu yang akan meringankan jiwa kita ketika ujian kehidupan melanda, yang menghilang kerisauan ketika hati terasa tinggi dan terancam dengan jurang kemiskinan. Jiwa inilah yang akan menjadi tenang dan penuh kesyukuran ketika kemewahan mewarnai kehidupan.




Carilah keredhaan Allah, kerana bersamanya adalah ketinggian dan kemuliaan hakiki. Manusia tidak lagi hanya memuji kita tetapi mencontohi kita serta menjadikan diri kita sebagai pembimbing kehidupan. Jiwa kita tidak lagi takutkan kemiskinan, penghinaan atau terlarut dengan kekayaan dan kemasyhuran. Kita tidak lagi terkeliru dipersimpangan atau terkandas dalam pelayaran kehidupan. Kita merasa mulia ketika dihina manusia dan merasa diri ini kerdil ketika pujian dan sanjungan menghujani jiwa.

Wednesday, September 22, 2010

aPa yG kITa KeJaR...!!!

Assalamuaikum…Alhamdulillah…syukur kepada Allah swt..kerana masih bg kita peluang untuk bernafa, baygkan kalu Allah x pedulikan kita…bagaimanakah keadaan kita..?? kita sering melakukan dosa tetapi Allah tetap memberi kita kesenangan hidup di atas muka bumi ini Tidakkah kita dikira kejam….????? Same-samelah kita menghayati dan bermuhasabah..~~

Seorang raja berhajat menghadiahkan sesuatu kepada salah seorang pengawalnya. Lalu dia dipanggil menghadap ke istana. “paculah kudamu sejauh mana yang mampu. Sejauh mana kamu pergi, selebar itulah tanah yang kamu miliki.” Titah raja. Pengawalnya tersenyum girang mendengar tawaran itu. Hatinya mula berbisik, ‘lagi jauh perjalananku, lebih luaslah tanah yang akan kuperoleh’.

Tanpa berfikir panjang, pengawal itupun melompat ke atas kudanya. Dia memecut laju. Laju bagaikan derasnya tiupan angin. Hajatnya mahu sampai sejauh mungkin agar keluasan tanah yang di peroleh lebih banyak. Apabila kudanya penat, dibelasahnya binatang itu agar terus memecut, lapar, dahaga, letih langsung tidak dihiraukan. Dia tak mahu berhenti rehat walaupun sesaat kerana perasaan tamaknya berkata, jika berhenti rugi. Bagaimanapun kerana terlalu penat, kudanya terjelopok jatuh lalu pengsan. Pengawal itu jatuh tersepuk ke bumi. Badannya terlalu lemah dan langsung tidak berdaya untuk bangun. Digagahi juga, kerana keinginan untuk menambah keluasan tanah mengatasi segalanya. Akhirnya di situ juga dia jatuh dan terlantar keseorangan. Tanah yang luas beratus hekta yang menjadi miliknya tidak menbawa erti apa-apa. ‘kenapa aku terlalu tamak?’ tanyanya yang ketika itu tersandar pada pangkal sebatang pohon..’ sekarang ajalku semakin hampir.

‘Apakah aku masih perlukan tanah seluas ini? Padahal aku cuma perlukan sedikit tanah untuk untuk mengambus jenazahku,’ rungut pengawal itu kesal.

Kekesalannya bagaimanapun sudah terlambat!

Apa yang dialami pengawal itu sama dengan kehidupan kita. Kita abaikan masa, kesihatan, pelajaran. Kita juga sering leka dalam meniti arus kehidupan dan sering lupa terhadap tanggungjawab sebagai hamba Allah.

Percayalah…suatu hari nanti, kita akan tersedar dari lena. Ketika itu baru kita tahu bahawa perjalanan kita sudah terlalu jauh tersasar dari landasan. Bekalan yang kita timbun selama ini langsung tidak membantu. Sayangnya, ketika kita tersedar ia telah terlalu lambat. Kita tak mampu memutar jarum jam ke belakang. Kita tak mampu mengutip semula apa yang tercicir.

Ingatlah! Kehidupan ini bukan untuk mengejar kekayaan atau keseronokkan semata-mata atau bermati-matian mendapatkan kuasa, ataupun bertungkus lumus mendapatkan pengiktirafan manusia. Seharusnya kita bekerja untuk untuk menikmati keindahan alam ciptaan Allah ini serta memperkasakan diri untuk berhadapan dengan Allah.

Alangkah baiknya jika kehidupan ini seimbang antara bekerja, belajar, berubudiyyah, bergembira. Barulah kita dapat membahagikan masa antara keluarga, sahabat-sahabat, diri sendiri dan tanggungjawab. Hanya keimanan yang mampu mengenal pasti apa yang utama dalam kehidupan. Reda Allah bukan itulah impian semua manusia, hanya insane terpilih yang mampu merasainya..Alhamdulillah kita dipilih untuk merasai kemanisan tarbiyah..berada dalam bi’ah solehah. Jadi rancanglah apa yang hendak kita buat sepanjang usia yang masih berbaki ini. Marilah kita kembalikan kehidupan kita sepertimana yang Allah inginkan.


Wahai sahabat-sahabatku,

Orang yang mencintai Allah itu tenang. Kebahagiaan hatinya ada pada solat. Sedangkan orang yang lalai dan berpaling tadah, tidak mendapat apa-apa manfaat pun. Bahkan solat terasa berat baginya. Ketika ia mengerjakan solat seolah-olah ia berada di atas bara api hingga ingin cepat menyelesaikannya. Maka ia tidak mendapat ketenteraman dan kebahagiaan hati di dalam solatnya.

Tuesday, September 21, 2010

pEnGhayatAn uNtUk pUtEri-pUtEri IslAm

Peh~~..dah lame x up date blog…huhu..xde masa dan kekuatan..huhu…insya Allah untuk perkongsiaan kali nii saye nk kongsi cerita nii dengan sesiapa saje yg terlintas ,terserempak ,ternampak dan ter2 yg lain….hehe…semoga kita mendapat sesuatu dari mesej yang akan disampaikan…~~

Saidina Ali bin Abi Talib ra. menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis lantas beliau datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.
Baginda menjawab,

“Pada malam aku diisra’kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan pelbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis kerana menyaksikan mereka melalui siksaan yang sangat berat dan mengerikan siksanya.”
Puteri Rasulullah saw. kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

Dalam perjalanan itu, Baginda diperlihatkan dengan 10 situasi wanita di dalam neraka, namun pada tulisan kali ini, kita perhatikan tiga keadaan siksaan yang dihadapi oleh para wanita di neraka Allah swt.
Pertama, wanita yang digantung dengan rambut dan otak di kepalanya mendidih. Mereka adalah perempuan yang tidak mahu melindungi rambutnya daripada dilihat lelaki lain (yang bukan muhrimnya).

Keduanya wanita yang makan daging tubuhnya sendiri manakala di bawahnya ada api yang menyala. Mereka adalah wanita yang berhias untuk dilihat lelaki lain (yang bukan muhrimnya) dan suka menceritakan aib orang lain.
Ketiganya, wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka. Mereka adalah wanita yang suka memasyhurkan diri sendiri supaya orang lain melihat akan perhiasannya
Tidakkah anda berasa gentar..!!!.
MasyaAllah begitu seriusnya siksaan yang bakal menimpa kepada wanita-wanita yang tidak bersungguh-sungguh menjaga kesolehannya. Sekiranya mereka sedar dan faham akan risiko yang bakal dihadapi di padang masyar kelak. Apakah akan ada wanita yang berani melanggar suruhan Allah swt.?? Namun realitinya masih ada wanita yang bersedia menempah neraka untuk dirinya.


Seorang kolumnis majalah Al Manar menceritakan satu kisah tragis yang berlaku pada musim panas di Kaherah Mesir. Musim panas di Mesir merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Terik dan panas berupaya menjadikannya menggadaikan akhlak dan akhiratnya.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang dari Kaherah – Alexandria dengan sebuah bas amat memenatkan. Terdapat seorang wanita muda berpakaian kurang sesuai sebagai seorang wanita muslim, dengan mendedahkan auratnya. Oleh kerana dia seorang sahaja yang berpakaian kurang sopan di dalam bas tersebit, lantas dia duduk dihujung kerusi berhampiran pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau atau dengan bahasa lain dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang lelaki yang separuh tua yang kebetulan duduk berhanpirannya memperkatakan sesuatu kepada wanita itu. Lelaki tersebut menerangkan bahawa pakaian seperti itu boleh mengakibatkan sesuatu yang tidak baik pada dirinya. Di samping pakaian seperti itu juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon wanita muda tersebut? Dengan perasaan tersinggungnya atas nasihat yang diterimanya dari lelaki tersebut maka dia mengekspresikan kemarahannya. Dia merasakan privasinya diganggu. Hak berpakaian menurutnya adalah hak peribadi seseorang. Lalu dia berteriak:

“Jika memang tuan mahu, ini pensel saya. Tolong tempahkan untuk saya, tempat di neraka Tuhan Anda!! Satu respon yang sangat mengejutkan, bukan sahaja kepada lelaki itu tetapi juga kepada semua penumpang yang lain. Dan lelaki itupun pun hanya mampu beristighfar. Dia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tidak terkecuali wanita muda itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan, di terminal akhir bas Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Namun mereka terhalangi oleh wanita muda tersebut yang masih terlihat tertidur kerana dia berada dekat dengan pintu keluar.


“Bangunkan saja dia!” begitu kira-kira permintaan para penumpang.
Tahukah Anda apa yang terjadi? Wanita muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Dia menemui ajalnya. Dan seisi penumpang bas tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan lelaki yang duduk disampingnya.
Sebuah pengakhiran yang menakutkan. Mati dalam keadaan menentang Tuhan.
Seandainya setiap orang mengetahui akhir hidupnya….
Seandainya setiap orang menyedari hidupnya akan berakhir pada bila-bila saat pun…
Seandainya setiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk…
Seandainya setiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah…
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat denganNYA semakin dekat.
Dan mereka yang terlena seharusnya segera sedar… ambillah kesempatan untuk berubah saat masih ada peluang.
Semoga Allah sentiasa merahmati kita…same2 kita berbaiki diri kita disamping bermanfaat kepada orang lain…piker-fikirkan laa yee~~
Sekian dulu untuk post kali nii jumpa agi ek.

Sunday, June 27, 2010

UKHUWAH FILLAH….[persaudaraan kerana Allah]

‘’KASIH,SAYANG DAN SALING MENCINTAI HANYA KERANA ALLAH ADALAH JALAN YANG PALING MUDAH MERESAP KE DALAM HATI’’….ABBAS AS-SAISI

MAKNA UKHUWAH KERANA ALLAH..

Mencintai seseorang yang akhirnya mengarah pada apa yang di cintai Allah..sehingga seseorang itu tidak mencintai saudaranya atas alasan dirinya sendiri .

Maka cinta kita terhadap Rasulullah,ibu bapa,anak-anak..adalah kerana Allah..kerana Allah yang memerintahkan kita menyayangi mereka..

Ukhuwah di sini adalah ukhuwah imaniyyah bukan ukhuwah nasabiyyah…

UKHUWAH PALING MINIMA

Berbaik sangka

UKHUWAH PALING MAKSIMA

Al-Ithar(mengutamakan saudara lebih dari diri sendiri)

SYARAT-SYARAT UKHUWAH KERANA ALLAH;

1.Ukhuwah benar-benar ikhlas kerana Allah

Apabila hubungan yang terjalin benar-benar kerana Allah,yang menguasai seluruh jiwanya ..juga yang bermain-main dalam fikirannya..adalah,REDA ALLAH dan SYURGA-NYA.

2.Ukhuwah harus di sertai Iman dan Taqwa

Manusia yang hidup berukhuwah fillah adalah manusia yang hidupnya basah dengan limpahan Iman. Dengan keimanan yang benar akan lahir kemuncak ketaqwaan.

3.Ukhuwah harus di dasarkan saling memberi nasihat di jalan Allah

Sesungguhnya kelebihan ukhuwah kerana Allah adalah kerana yang terlibat di dalamnya sentiasa mengingatkan masalah- masalah akhirat.

4.Ukhuwah di bangunkan dengan saling membantu dan menyokong

Kesempatan berukhuwah di gunakan untuk membetulkan mana yang silap,mendidik hati,mendorong semangat dakwah,menyebarkan fikrah Islamiyah.

MOGO MENJADI REALITI

kita menumpahkan kasih sayang kita pada saudara kita kerana Allah.Jika berlaku perselisihan faham,seseorang itu tidak seharusnya kecewa..kecil hati..rasa kurang di hargai..tetapi yang menghiasi seluruh jiwanya adalah Reda Allah dan Syurga Allah. Jika kita benar-benar IKHLAS bersaudara dengannya hanya kerana Allah, kita tidak akan mengharap balasan atau respond yang baik daripada saudara kita itu..tetapi kita amat mengharap Allah memandang kita…Allah menemani jiwa kita. Jiwa seperti ini hanya di miliki oleh manusia-manusia yang hebat hubungan hatinya dengan Allah. Mereka amat sedar dan yakin bahawa cinta dan kasih sayang mereka kepada saudara mereka atas dasar cinta yang suci, iaitu kecintaan sepenuh hati mereka kepada Allah.

semoga Allah meneduhkan kita semua dalam naugan-Nya ketika mana tiada keteduhan lain selain naugan Allah.seperti sabda Rasulullah s.a.w;

‘’sesungguhnya Allah pada hari khiamat akan berfirman,’’manakah orang-orang yang saling mencintai kerana keagongan-Ku? Pada hari ini Aku menaungi mereka di bawah naungan-Ku,dan tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.

PERINGATAN

1.Sabda Rasulullah s.a.w;sebaik baik sahabat adalah orang yang apabila engkau memandangnya menjadikan kamu mengingati Allah.

2.‘’tiada sesuatu yang paling berharga yang di miliki seorang muslim selepas nikmat Iman dan Islam melainkan sahabat yang soleh ‘’(Umar Al-Khatab)

3.‘’orang yang hidup di bawah naugan ukhuwah dan cinta kerana Allah merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak pernah di rasai oleh orang-orang yang berkumpul kerana urusan duniawi’’(Mustafa Masyhur)

PENUTUP

Ketika penghuni syurga masuk ke dalam syurga ,masing-masing melepaskan kerinduan antara satu sama lain.dan Rasulullah s.a.w bersabda;

‘’maka terbanglah tempat tidur yang satu menuju yang lain hingga semuanya berkumpul,kemudian salah seorangnya berkata kepada sahabatnya, ‘’Engkau tahu bagaimana Allah boleh mengampunkan dosa-dosa kita?’’.sahabat yang lain akan menjawab, ‘’ya,pada satu hari, di saat kita sedang berada di suatu tempat,saat itu kita berdoa kepada Allah dan Allah mengampuni kita.’’

Monday, June 7, 2010

Muqoddimah..~~

Alhamdulillah....dalam kesibukan mengejar kenikmatan dunia,Allah masih lagi memberi peluang untuk kita menikmati keindahan islam yang semakin dilupakan manusia ...


masih baru disini...semoga wadah ini menjadi kekuatan kepada ku untuk terus mengenali pencipta...